gambar

Selasa, 20 November 2018

Perilaku orang tua yg berlidah kejam terhadap anak

Ada kalanya orangtua tidak menyadari bahwa kata-kata yang kejam memiliki kekuatan lebih hebat ketimbang palu godam sekalipun. Kendalikan ucapan Anda, bila tak ingin anak-anak mengalami luka batin hingga memengaruhi perkembangan mereka. Dari penampilan fisiknya, Rudy adalah pria yang sangat menarik. Tubuhnya atletis, wajahnya tampan dengan rambut hitam lebat. Dengan profesinya sebagai dokter dan mapan secara ekonomi, sempurnalah pria 46 tahun ini sebagai sosok idaman. Namun, di balik gambaran ideal itu, Rudy memiliki kekurangan yang sangat besar

. Setiap kali berbicara, yang keluar hanya suara sangat lirih, sehingg pasitn maupun lawan bicaranya sering kesulitan untuk mendengarkan ucapannya. “Saya sangat sensitif terhadap kata-kata orang lain. Saya selalu berpikir bahwa setiap orang pasti menertawakan saya. Sepertinya istri saya selalu mengejek saya, begitu juga pasien-pasien saya. 

Pada tengah malam saya selalu terbangun, lalu merenungkan setiap kata yang diucapkan orang-orang hari itu kepada saya,” cerita Rudy, yang sempat mengira dirinya sakit jiwa. Ketika ditelusuri, di masa kecilnya ia selalu menjadi bahan ledekan atau ejekan ayahnya. Tanpa disadari oleh sang ayah, Rudy kecil memendam rasa malu yang luar biasa. Tak lain karena ia merasakan bahwa ledekan atau ejekan-ejekan sang ayah merupakan suatu hinaan. “Ayah sering menyebut saya ‘si cacing’ karena tubuh saya sangat kurus. Dia juga sering berkata bahwa saya bukan anaknya, melainkan anak yang dipungut dari tempat sampah,” kisah Rudy memelas

. Dalam hati kecil Rudy sangat membenci ayahnya, sekaligus membenci dirinya sendiri karena merasa begitu buruk dan tak berguna. “Cacing dan tempat sampah adalah dua hal yang sama-sama menjijikkan,” tambah Rudy yang sedang menjalani terapi ini.     Kekerasan Verbal Boleh jadi orangtua yang menyebut anaknya “Si Goblok” atau “Si Biang Kerok” atau “Si Pengacau” atau “Si Lelet” dan sejenisnya menganggap semua itu sebagai hal biasa saja. Bahkan, julukan semacam itu mungkin diberikan dengan harapan anak yang bersangkutan menyadari kekurangannya.      Mungkin Anda tak pernah membayangan bahwa julukan buruk, sebutan negatif, komentar melecehkan, kritik yang bernada menghina, dan ungkapan yang merendahkan itu memberikan pesan yang luar biasa negatif kepada anak-anak tentang siapa diri mereka. Banyak anak yang mengalami kekerasan secara verbal (menggunakan kata-kata) menyangkut penampilan fisik mereka, kecerdasan, kemampuan, hingga nilai mereka sebagai manusia. Menurut DR. Susan Forward dalam bukunya Toxic Parents, kekerasan secara verbal disampaikan melalui dua gaya.

 Yang pertama menyerang anak secara langsung, terbuka, dan secara jahat merendahkan si anak. Contohnya adalah memberikan julukan-julukan seperti yang disebutkan di atas, termasuk menyebut si anak “tak berguna” atau yang paling keras adalah menyatakan “menyesal telah melahirkannya.” Semua itu memiliki dampak jangka panjang terhadap perasaan anak, dan memengaruhi citra diri mereka.   Kekerasan verbal juga bisa disampaikan secara tidak langsung, tetapi sangat menghinakan dan melecehkan mereka. Seringkali orangtua membungkus kekejamannya itu dengan nada humor atau canda yang sarkastis.

 Contohnya, “Lihat tuh kelakuan Si Jelek. Dia ‘kan dipungut dari rumah sakit. Kalau anak Mama Papa nggak kayak gitu deh....” Dan jika si anak atau anggota keluarga lain memprotesnya, orangtua akan membela diri dengan berkata, “Ah, ’kan cuma bercanda.” Orangtua semacam ini lupa bahwa anak-anak sangat mempercayai apa yang diucapkan oleh orangtuanya. Jika orangtua bilang si anak jelek dan bodoh, ia percaya dirinya betul-betul jelek dan bodoh. Karena itu, tidak mudah bagi mereka jika diharapkan mampu membedakan apakah ucapan ayah/ibunya itu serius atau hanya bercanda.

sumber:klick in here
Efek samping membentak anak

Anak-anak yang dibentak cenderung menjadi takut dengan orang tua mereka. Hal ini menciptakan ketidakpercayaan dan respon memberontak pada anak. Seperti dilansir dari parents.com menurut Dr. Laura Markham anak cenderung akan menutup diri secara emosional. Anak akan mencari dukungan dari orang lain seperti teman-temannya. Hal ini akan menyebabkan hubungan antara orang tua dan anak menjadi tidak sehat di kemudian hari.
Kita mungkin ingat dan merasakan pada waktu kecil, orang tua pernah berteriak atau memarahi kita. Saat ini kita sebagai orang tua bisa meminimalisir potensi kerusakan fisik pada anak kita dengan memberikan pujian dan menegur anak dengan penuh kasih sayang.
Pada halaman selanjutnya, Anda akan semakin memahami mengapa membentak dan berlaku kasar pada anak berdampak sangat buruk, penelitian membuktikan :
  • Kerusakan otak anak akibat kekerasan orang tua
    Menurut Martin Teicher, seorang profesor psikiatri di Harvard Medical School, ketika orang tua berteriak kepada anak-anaknya akan terjadi kerusakan struktur otak pada anak. Pada otak anak yang sering dibentak, saluran yang menghubungkan otak kanan dengan otak kiri menjadi lebih kecil. Hal ini mempengaruhi area otak yang berhubungan dengan emosi dan perhatian. Perubahan ini pada saat anak dewasa akan menyebabkan kecemasan, depresi, dan gangguan kepribadian, resiko bunuh diri dan aktivitas otak yang mirip dengan epilepsi.
    Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lise Gliot dari Fakultas Kedokteran Chicago, memarahi anak dapat mengganggu struktur otak anak. Malah pada anak yang masih dalam pertumbuhan otak yakni pada masa golden age yaitu 2-3 tahun pertama kehidupannya, suara keras dan membentak yang keluar dari orang tua dapat menggugurkan sel otak yang sedang tumbuh.
  • Kelembutan orang tua buat otak anak lebih sehat
    Sedangkan pada saat ibu sedang memberikan belaian lembut sambil menyusui, rangkaian otak terbentuk indah. Penelitian Lise Gliot ini sendiri dilakukan sendiri pada anaknya dengan memasang kabel perekam otak yang dihubungkan dengan sebuah monitor komputer sehingga bisa melihat setiap perubahan yang terjadi dalam perkembangan otak anaknya. Hasilnya luar biasa, saat menyusui terbentuk rangkaian indah, namun saat ia terkejut dan sedikit bersuara keras pada anaknya, rangkaian indah menggelembung seperti balon, lalu pecah berantakan dan terjadi perubahan warna.
    Dari hasil penelitian ini, jelas pengaruh marah terhadap anak sangat mempengaruhi perkembangan otaknya. Jika ini dilakukan secara tak terkendali, bukan tidak mungkin akan mengganggu struktur otak anak itu sendiri. Makanya, orang tua harus berhati-hati dalam memarahi anaknya. Tidak hanya itu, marah juga mengganggu fungsi organ penting dalam tubuh. Tak hanya otak, tapi juga hati, jantung dan lainnya.
  • Bentak menciptakan ketidakpercayaan anak
    Anak-anak yang dibentak cenderung menjadi takut dengan orang tua mereka. Hal ini menciptakan ketidakpercayaan dan respon memberontak pada anak. Seperti dilansir dari parents.com menurut Dr. Laura Markham anak cenderung akan menutup diri secara emosional. Anak akan mencari dukungan dari orang lain seperti teman-temannya. Hal ini akan menyebabkan hubungan antara orang tua dan anak menjadi tidak sehat di kemudian hari.
Sanksi pendidik yang melakukan tindak kekerasan


Beberapa hari terakhir, ramai pemberitaan mengenai seorang guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Purwokerto, Jawa Tengah, berinisial LK melakukan penamparan terhadap muridnya dengan alasan pendisiplinan. Aksi yang divideokan tersebut menuai kecaman dari masyarakat.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyesalkan terjadinya insiden pemukulan siswa oleh oknum tenaga pendidik tersebut. Apalagi, Kemdikbud telah menerbitkan aturan yang melarang dan mencegah praktik-praktik kekerasan di sekolah. Hukuman disiplin yang dilakukan oleh oknum guru ini merupakan tindakan kekerasan yang dilarang," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat (BKLM) Kemdikbud, Ari Santoso, seperti dikutip Antara, Sabtu (21/4).

Kemdikbud mengimbau agar dinas pendidikan lebih aktif melakukan sosialisasi aturan-aturan terkait sekolah aman dari tindak kekerasan, baik kepada guru, siswa, maupun tenaga kependidikan. Terlebih, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No.82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan, menyatakan bahwa tindak kekerasan yang dilakukan di lingkungan sekolah maupun antar sekolah, dapat mengarah kepada suatu tindak kriminal dan menimbulkan trauma bagi peserta didik.

 Di sisi lain, Pasal 11 dan Pasal 12 Permendikbud 82/2015 menyebutkan sanksi terhadap oknum pelaku tindak kekerasan dilakukan secara proporsional dan berkeadilan sesuai tingkatan dan/atau akibat tindak kekerasan. "Untuk itulah potensi kekerasan di sekolah perlu dicegah, dan ditanggulangi dengan melibatkan berbagai unsur dalam ekosistem pendidikan. Di dalam peraturan menteri cukup jelas siapa saja yang terlibat, apa yang perlu dilakukan dan bagaimana cara-caranya," kata dia.
 Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise, juga menyayangkan kejadian seorang guru SMK di Purwokerto yang menampar muridnya di sekolah. Menurutnya, seorang tenaga pendidik seharusnya justru membimbing, mengayomi dan mendidik anak didiknya.  Hal itu sebagaimana diatur dalam Pasal 54 Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang telah diubah melalui Undang-Undang No.35 Tahun 2014.

Pasal 54 UU 35/2014
  1. Anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari tindak Kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain.
  2. Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, aparat pemerintah, dan/atau Masyarakat.

Selain itu, Undang-Undang No.35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Perlindungan Anak juga telah secara tegas mengatur setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan kekerasan terhadap anak. Bagi yang melanggarnya akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp72 Juta.

 "Selain penyelesaian kasus, yang penting harus dilakukan adalah upaya pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang kembali," tutur Yohanna.
 Menurut Yohana, pendisiplinan murid harus positif agar hukuman yang diterima anak bersifat logis sehingga anak belajar untuk tidak mengulangi perilaku yang tidak diinginkan. "Guru boleh mendisiplinkan siswa di sekolah tetapi dengan cara-cara tanpa kekerasan, yakni dengan menerapkan disiplin positif," ujarnya.

Sementara itu, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menegaskan bahwa pendisiplinan yang dilakukan guru terhadap siswanya, seharusnya tidak dilakukan dengan kekerasan seperti menampar.
 "Para orang tua maupun guru memiliki anggapan bahwa mendidik dan mendisiplinkan anak harus dilakukan dengan kekerasan. Apapun alasannya tindak kekerasan tidak dibenarkan. Apalagi tindakan itu dilakukan guru terhadap siswanya," ujar Sekjen FSGI, Heru Purnono, seperti dilansir Antara, di Jakarta, Minggu (22/4).
 Dia menjelaskan alasan guru melakukan tindak kekerasan karena guru beranggapan bahwa kekerasan diperlukan untuk mendisiplinkan siswa. Jika guru beranggapan seperti itu maka akan selalu ada korban kekerasan di sekolah dan sulit memutus mantai rantai kekerasan di sekolah.
 Menurutnya, perilaku guru yang melakukan tindak kekerasan tidak mencerminkan kompetensi kepribadian sehingga diragukan keguruannya. Kompetensi kepribadian guru memiliki indikator, di antaranya kepribadian yang mantap dan emosi yang stabil. Dia menjelaskan memberikan sanksi kepada siswa haruslah bersifat mendidik, bukan dengan kekerasan. Siswa yang dianggap tidak tertib harus dibina dan diberikan sanksi berupa disiplin yang positif.
 "Guru juga harus dibekali kemampuan manajemen pengelolaan kelas, karena setiap guru pasti akan menghadapi anak yang perilakunya agresif dan sulit diatur," katanya. (ANT)
Tanggapan KPAI terhadap full day school

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Asrorun Ni'am Sholeh menilai, wacana "Full Day School" jika diterapkan akan mengganggu kehidupan sosialisasi anak sehari-hari. Menurut dia, menghabiskan waktu dengan durasi panjang di sekolah dapat mengganggu intensitas interaksi anak. "Anak-anak butuh interaksi dengan teman sebaya di sekolah, teman di lingkungan tempat tinggal, dan dengan keluarga di rumah," ujar Asrorun melalui keterangan tertulis, Selasa (9/8/2016). Asrorun mengatakan, masing-masing siswa memiliki kondisi yang berbeda-beda dan tak bisa disamakan.

 Ada siswa yang orangtuanya bekerja di rumah, ada juga yang tak bekerja. Bagi orangtua yang tidak bekerja, tentu akan mengurangi intensitas pertemuan dengan anaknya. "Bahkan, dalam kondisi tertentu, anak jangan lama-lama di sekolah, agar cepat berinteraksi dengan orangtua. Apalagi yang kelas 1 SD," kata Asrorun. (baca: Ongkos Mahal Gagasan "Mengajar 12 Jam" dan "Full Day School") Asrorun menilai, wacana ini justru akan merugikan anak. 

Terlebih tanpa didahului kajian yang matang. Meski ada beberapa sekolah yang menerapkan sekolah seharian penuh, tetapi penerapannya tidak bisa disamaratakan dengan sekolah lain. "Kebijakan pendidikan apalagi yang bersifat nasional tidak bisa didasarkan pengalaman orang perorang. Pengambilan kebijakan nasional tidak boleh parsial.

Tidak boleh hanya berdasar kepada pengalaman pribadi," kata dia. Menurut Asrorun, penerapan suatu program harus diikuti dengan perbaikan yang memadai. Caranya bukan dengan "mengurung" anak seharian di sekolah, melainkan dengan perbaikan sistem pendidikan. Salah satunya dengan menjadikan lingkungan sekolah yang ramah bagi anak. Selain itu, Asrorun menilai, memanjangkan waktu di sekolah justru berpotensi timbulnya kekerasan di lingkungan sekolah.

 Dalam wacana ini, kata Asrorun, ada sejumlah hal yang perlu dipertimbangkan. Pertama, adanya penambahan beban guru. Kemudian, disertai juga penambahan buaya untuk kegiatan. Orangtua pun harus menyesuaikan waktu untuk melakukan kegiatan bersama anak yang sebelumnya sudah terbiasa dilakukan. "Pertimbangkan juga anak yang harus membantu orangtua dan keragaman kondisi sosial di berbagai daerah," kata Asrorun. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy sebelumnya mengatakan, Presiden Joko Widodo telah berpesan bahwa kondisi ideal pendidikan di Indonesia adalah ketika dua aspek pendidikan bagi siswa terpenuhi.

sumber:kilck in here
Himbauan full day school

YOGYAKARTA - Sekolah yang telah menerapkan sistem pembelajaran Full Day School diimbau untuk tidak lagi memberikan pekerjaan rumah (PR) bagi para siswa termasuk saat akhir pekan.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Edy Heri Suasana. "Sudah ada komitmen untuk tidak memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa yang sekolahnya sudah menerapkan lima hari sekolah. Tujuannya agar tidak menambah beban siswa," kata Edy, Selasa (1/8/2017).
Menurut dia, pemberian pekerjaan rumah pada siswa akan membuat waktu siswa untuk berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan sosial mereka tidak optimal.
"Seluruh pekerjaan atau tugas sudah harus bisa diselesaikan di sekolah. Saat siswa kembali ke rumah, maka mereka bisa berinteraksi secara maksimal dengan keluarga dan lingkungan mereka," lanjut dia.
Pasalnya, kata Edy, keluarga juga memiliki peran yang penting dalam memberikan pendampingan pendidikan dan membangun karakter pelajar saat di rumah.
Di Yogyakarta sendiri, kata Edy, di tahun ajaran baru 2017/2018 ini hampir semua sekolah yang telah menjalankan sistem pembelajaran Full Day School atau sistem belajar lima hari selama delapan jam.

Mobile legends indonesia menepati juara 3

Turnamen Mobile Legends: Bang Bang Southeast Asia Cup (MSC) 2018 telah usai digelar pada 27 Juli sampai 29 Juli di JIEXPO Kemayoran, Jakarta Pusat. Dua tim asal Filipina berhasil menguasai posisi juara pertama dan kedua.
ndonesia sebagai tuan rumah memang berhasil mengirimkan dua tim ke babak semifinal, yakni RRQ dan Aerowolf. Namun, keduanya kalah dan harus bertarung satu sama lain di partai perebutan tempat ketiga.
Akhirnya, RRQ menjadi tim yang sukses menyabet posisi ketiga setelah mengalahkan Aerowolf.
Aether Main Juara MSC 2018Aether Main dari FIlipina jadi juara MSC 2018. (Foto:Facebook/Mobile Legends: Bang Bang)
Diketahui, ada 10 tim e-Sports 'Mobile Legends' yang bertanding dalam turnamen ini. Selain RRQ dan Aerowolf, Indonesia juga diwakili satu tim lagi yaitu EVOS Esports yang telah lebih dahulu tumbang di babak penyisihan.
Dengan begitu, Aether Main berhak membawa pulang hadiah sebesar 30 ribu dolar AS, sementara Digital Devils sebagai runner-up memenangkan hadiah 15 ribu dolar AS.
RRQ di tempat ketiga mendapat hadiah sebesar 10 ribu dolar AS, sedangkan Aerowolf bisa membawa pulang 5 ribu dolar AS sebagai juara keempat.
Tentu para gamer 'Mobile Legends' di Indonesia mengharapkan tim perwakilan mereka bisa jadi juara pertama dalam MSC. Tapi tidak apa-apa, masih ada kesempatan lagi di tahun depan. Tetap semangat!
Game point blank indonesia juara dunia


Metrotvnews.com, Jakarta: Indonesia kembali menambah prestasi di bidang esport skala internasional. Menjadi tuan rumah dari laga Point Blank International Championship (PBIC) 2017, Indonesia berhasil menyabet sebagai juara pertama dari laga tersebut.

Berlokasi di Britama Sports Arena, Mahaka Square, Jakarta, laga PBIC 2017 digelar selama tiga hari, tanggal 20-22 Oktober 2017. Laga tersebut dari tiga kejuaraan, diawali dengan penyisihan untuk kejuaraan nasional Indonesia lalu pemenangnya akan dipilih untuk mewakili Indonesia di laga internasional.
PBIC 2017 mempertemukan 11 tim dari berbagai negara, seperti Brasil, India, Amerika Serikat, Kanada, Peru, Filipina, Rusia, Thailand, Turki, Azerbaijan, dan negara-negara Uni Eropa. Beberapa negara sudah menjadi langganan finalis dalam laga tahun-tahun seelumnya.

Dalam laga final Point Blank National Championship (PBNC), tim RRQ-EVR keluar sebagai juara 1 mengalahkan tim Rafttel. Keduanya langsung menjadi wakil Indonesia untuk PBIC 2017. Indonesia juga menyisakan 1 tim yakni RRQ-EVR hingga akhir final PBIC 2017.

Pada perebutan juara ketiga PBIC 2017, tim dari Rusia harus berhadapan dengan tim dari Thailand. Keduanya menampilkan pertandingan yang seru, sebab kedua tim sudah menjadi langganan juara dalam laga ini. Thailand harus puas sebagai juara ke-3 PBIC 2017 dikalahkan Rusia.

Dalam laga final PBIC, seluruh arena bergema menggaungkan nama Indonesia. Final tersebut mempertemukan tim dari Rusia dengan tim RRQ-EVR dari Indonesia.

Meskipun tim Rusia kali ini merupakan tim veteran, tim Indonesia terbukti sangat bersemangat dengan selalu lebih dahulu mengumpulkan kemenangan sebanyak mungkin. Alhasil RRQ-EVR berhasil membawa Indonesia menjadi juara ke-1 PBIC 2017 dan membawa hadiah USD50.000.

Point Blank juga menggelar kejuaraan nasional khusus perempuan yang pemenangnya juga akan menjadi perwakilan di kejuaran internasional. Pada laga Point Blank International Women Championship (PBIWC) 2017 Indonesia juga masih berhasil menyabet juara ke-3 oleh tim Evos Galaxy Sades. Juara pertama PBIWC 2017 dibawa pulang oleh tim dari Thailand dan juara kedua diambil tim dari Brazil.